Eggy's street news Cerita ku dan kamera analog. Aku dan kamera Nippon AR-4392f
Aku dan Kamera NIPPON AR-4392F
Perkembangan teknologi membuat segalanya semakin praktis, apalagi jika kawan-kawan menyukai hobi melukis tentunya melukis cahaya., begitupun saya yang juga gemar menggunakan kamera sebagai kuas dan kanvas untuk melukis objek yang terlihat dari mata kepala saya. kala itu saya masih menggumakan kamera digital dengan tipe Nikon D90, namun saya pun masih mensyukuri segala hasil jepretan dari kamera tersebut. Ketika pertama kali saya melihat kamera analog, ada semacam rumusan tertata dengan berbagai alfabet yang mengajak saya untuk mencoba kamera tersebut. Sekitar tiga hari pengantar paket mengunjungi rumah saya, usut punya usut sim salabim paket dibuka, dan ternyata, kamera berwarna hitam dengan bentuk Nostalgia. Maka bergegaslah saya pergi untuk mencari Roll film , dan ternyata di tahun 2018 ini masih ada yang menjual Roll tersebut di kota bogor, saat ditengah jalan rasa penasaran selalu mengetuk-ngetuk hati saya untuk membuka cenister roll tersebut, perlahan saya ambil dari dalam tas, saya sentuh tutupnya dan....
Sebuah ingatan masa kecil yang menghentikan saya untuk memasang roll tersebut, ketika pesan ibu saya datang berupa memori kecil yang mengatakan "Awas masang pelm jangan sembarangan nanti pelemnya kebakar". Sekali lagi saya dihentikan oleh ingatan itu, sesampai dirumah rasa penasaran masih saja bertahan dibenak saya hingga kasurpun menjadi sandaran untuk mempercepat waktu. Malam pun tiba dengan gulita, lampu kamar dipadamkan, jendela tertutup rapat hingga tak satupun ada cahaya yang mengutil, lalu cenister roll saya siapkan bersamaan dengan kamera rangefinder saya, saya buka tutup belakangnya, masukan rollnya , saya tarik ujung lidah dari cenister roll dan dimasukan diantara garis putar, serta saya tutup kembali backdor rangefindernya. Lalu lampu dinyalakan. Pada pagi hari saya mulai bergagas untuk mempersiapkan konsep dan kamera yang tergantung di leher, sebari menikmati panorama bogor yang dapat menjadi objek, konseppun tak dapat dikekang oleh formasi yang membuatnya berontak untuk bergerak sendiri. Untuk menggunakan kamera saya memiliki prinsip tersendiri yang berbeda dengan cara menggunakan kamera Singe lense Reflek atau digital single lense reflek (SLR/DSlr) sebab ada suatu faktor yang menjadi tumpuan, bahwa ukuran yang saya gunakan pada diameter frame tidak sesuai dengan penangkapan pada lensa, namun untuk mengukurnya saya menempelkan mata pada viewfinder serta melirik ujung lensa yang jarak dan fokusnya sudah saya arahkan pada objek yang diinginkan, atau penjelasan mudahnya, saya menggunakan kamera ini sama halnya dengan mengeker atau membidik sasaran tembak dengan senjata kokang mainan era90an, jadi lebih mengandalkan titik sasaran dengan cara manual. Ketika kita memotret dengan analog, kita tidak bisa melihat secara langsung hasil gambar yang kita proses, namun kita hanya membayangkan saja dengan rasa penasaran yang menggerutukan kata tentang bagamana hasilnya nanti, rasa penasaran anda mungkin akan berakhir dan ditentukan ditetampat cuciscan dan Develop terdekat anda, sehingga anda akan mengetahui hasil akhirnya yang harus anda syukuri dan terima.
Komentar
Posting Komentar